Rabu, 02 April 2014

CEDERA DAN KEMATIAN SEL

Sebuah sel manusia tipikal dibatasi oleh membran sel denga sitoplasma akuosa yang didalamnya mengandung nukleus dan berbagai organel. Membran sel memberi bentuk sel dan melekatkan sel pada sel-sel lain. Funsi membran sel sebagai pintu gerbang, yang memungkinkan transpor selektif zat-zat makanan dan produk buangan ke dalam dan ke luar sel, membangkitkan potensial membran, dan bekerja sebagai saluran komunikasi untuk kontrol sinyal dan sekitar tubuh.
Nukleus mengandung genom DNA, yang mengode untuk sintesis protein. Fungsi retikulum endoplasmik dan  aparatus golgi bersama-sama menyintesis protein di bawah kontrol RNA di dalam ribosom menurut perintah DNA. Mitikondria merupakan organel yang terlibat dalam produksi ATP, sirkulasi energi didalam sel. Lisosom  merupakan kemasan enzim-enzim pencernaan yang dibatasi membran yang memecah debris intraseluler dan bahan-bahan yang difagositosis.
Cara cedera pada sel meliputi kekurangan oksigen (hipoksia) atau zat-zat makanan yang penting, agen-agen fisik (misal, trauma mekanis, panas atau dingin yang ekstrem, radiasi, syok listrik), agen-agen kimia dan obat-obatan, agen-agen infeksius, reaksi-reaksi imunologik, dan kelainan-kelainan genetik (misal, banyaknya kelainan metabolisme bawaan yang berasal dari kelainan enzimatik).
Susuna perubahan pada suatu sel yang mengalami cedera, pada awalnya, biokimia, kemudian fungsional, dan akhirnya perubahan morfologik (lesi). Perubahn-perubahan subletal atau reversibel pada sel-sel yang cedera meliputi pembengkakan seluler dan perubahan hidropik (droplet air) di dalam sitoplasma yang disebabkan oleh kegagalan pompa Na+/K+ di dalamsel-sel. Lemak dapat juga tertimbun di dalam sel (infiltrasi atau degenerasi lemak) dalam keadaan makan berlebihan, kelaparan, atau alkoholisme.
Nekrosis merupakan jenis kematian sel irevesibel yang terjadi ketika terdapat cedera berat atau lama hingga suatu saat sel tidak dapat beradaptasi atau memperbaiki dirinya sendiri. Inti sel mengalami penghancuran progresif yang diketahui sebagai piknosis, karioreksi, dan akhirnya kariolisi. Jaringan yang berbeda tipikal menunjukan pola nekrosis morfologis yang berbeda ; koagulatif (jantung, ginjal, limpa); likuefaktif (otak dan medulla spinalis); kaseosa (paru); ganren kering (ekstremitas); gangren basah (usus); dan nekrosis lemak enzimatis (pankreas).
Indikator lokal dan sistemik pada nekrosis adalah hilangnya fungsi organ (jika cukup jelas), peradangan disekitar daerah nekrosis, demam, malese, leukositosis, dan peningkatan enzim-enzim serum.
Telah dikenal tiga jenis utama klasifikasi patologik: klasifikasi distrofi terjadi di daerah nekrosis walaupun kalsium serum normal dan tidak adanya gangguan metabolisme kalsium; klasifikasi metastatik terdiri atas penimbunan garam-garam kalsium di dalam jaringan lunak pada tubuh dan hampir selalu terjadi pada keadaan adanya gangguan metabolisme kalsium (misal, hiperparatiroidisme); dan kalkuli adalah batu, biasanya mengandung kalsium, yang membentuk sistem duktus pada suatu organ.
Apoptosis (diucapkan ap-a-tow’-sis) adalah jenis kematian sel atau bunuh diri sel terprogram yang dimediasi sel yang merupakan bagian pusat perkembangan normal, berbeda dengan nekrosis, yang tidak terdapat pada perkembangan normal dan merupakan respons terhadap cedera atau kerusakan toksik. Apoptosis secara khas mengenai sel-sel individu yang tersebar dan tidak mengakibatkan peradangan, berbeda dengan nekrosis, yang biasanya mengenai jalur-jalur sel-sel disebelahnya dengan daerah yang dikelilingi oleh peradangan. Apoptosis terlibat dalam organogenesis; homeostasis jaringan seperti destruksi sel-sel yang terinfeksi oleh virus, sel-sel kanker, atau kerusakan DNA; dan perbaikan sistem imun untuk mengangkat klon-klon autoreaktif.
Kriteria untuk kematian somatik adalah terhentinya fungsi sirkulasi secara irevesibel (denyut jantung), fungsi pernapasan (bernapas), dan fungsi otak (tidak ada semua tanda-tanda respons, termasuk refleks-refleks batang otak dan elektroensefalogram isoelektrik).
Perubahan-perubahan postymortem meliputi rigormortis (kekakuan), livor mortis (warna ungu kebiruan), algor mortis (pendinginan), dan autolisis (pencairan diri). Dan penentuan waktu kematian secara pasti oleh dokter secara luas masih fiksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar